Dasar Menulis Akademik

Menulis untuk keperluan akademik banyak dilakukan oleh mahasiswa dan dosen di perguruan tinggi. Mahasiswa sering mendapat tugas membuat makalah dan harus menyusun skripsi sekaligus menulis artikel jurnal sebagai syarat kelulusan. Dosen menulis akademik dalam rangka menulis laporan penelitian, artikel jurnal, modul pembelajaran, buku referensi, dan keperluan lain yang berkaitan dengan Tridharma Perguruan Tinggi. Demikian keterampilan menulis akademik sangat dibutuhkan oleh mahasiswa dan dosen untuk menyelesaikan berbagai tugas dan pekerjaan akademik dengan baik.

Tulisan ini membahas dasar menulis akademik meliputi pemilihan kata, penulisan kalimat, dan penyusunan paragraf. Ketiganya merupakan keterampilan mendasar yang harus dikuasi untuk bisa menulis akademik dengan baik. Tulisan lebih lanjut membahas secara lebih mendalam penyusunan paragraf terdiri dari pembasan tentang kelogisan dan kepaduan paragraf, kata penghubung, serta bentuk dan jenis paragraf. Sebetulnya topik tersebut sudah sering dijelaskan dalam pelajaran Bahasa Indonesia, pada tulisan ini lebih khusus dibahas dalam dan untuk konteks penulisan akademik.

Setelah membahas paragraf pada topik lebih umum, selanjutnya secara khusus diulas bagaimana menyusun paragraf persuasif yang sangat dibutuhkan dalam menulis akademik. Kesamaan antara paragraf, esai, dan artikel jurnal juga dijelaskan secara terperinci. Terakhir namun bukan berarti kurang penting, tulisan ini membandingkan antara makalah dan artikel jurnal dari berbagai sisi. Sebagian besar penjelasan disertai dengan contoh untuk melengkapi pemahaman pembaca.

Materi dalam tulisan ini disarikan dari pengalaman pribadi selama belajar menulis akademik. Saya pernah mengikuti berbagai pelatihan bahasa Inggris untuk keperluan akademik atau English for academic purposes dalam rangka persiapan kuliah S3 ke luar negeri dari tahun 2016 – 2019. Pada winter semmester (Maret – Juni) tahun 2020 kemarin, saya mengambil mata kuliah Academic Writing English di Johannes Kepler Universität (JKU) Linz Austria. Demikian beberapa strategi dasar menulis akademik dalam tulisan diadaptasi dari teori bahasa Inggris karena dirasa lebih sederhana dan mudah dipahami daripada teori yang diambil dari Bahasa Indonesia.

Pembahasan dalam tulisan ini merupakan materi yang biasa saya sampaikan untuk mengisi pelatihan penulisan akademik. Semoga tulisan dapat bermanfaat terutama bagi mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dan menulis artikel jurnal sebagai syarat kelulusan. Tulisan bisa juga bermanfaat bagi para dosen sebagai sumber belajar untuk diri sendiri atau ketika mengajar mata kuliah penulisan akademik di perguruan tinggi. Lebih luas, semoga tulisan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang tertarik dengan penulisan akademik.

Oya, materi dasar menulis akademik ini sengaja saya tulis lumayan panjang untuk menghantarkan pemahaman komprehensif kepada pembaca. Anda sepertinya perlu menyiapkan waktu yang cukup untuk membaca sampai selesai. Saya ucapkan selamat membaca.

Sebelum membahas dasar menulis akademik, saya ingin memastikan anda sudah memahami pengertian penulisan akademik. Jadi, apa itu penulisan akademik?

Pengertian paling sederhana penulisan akademik atau academic writing adalah penulisan non-fiksi yang ditulis sebagai bagian dari tugas atau pekerjaan akademik seperti menulis makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan artikel jurnal.

Sebagaimana sudah umum diketahui bahwa sifat tulisan diklasifikasikan menjadi dua, yaitu fiksi dan non-fiksi. Karya fiksi lebih mengedepankan imajinasi kreatif dengan kebenaran yang tidak harus selalu sejalan dengan dunia nyata. Sebaliknya, karya non-fiksi ditulis berdasarkan fakta yang benar-benar terjadi di dunia nyata. Produk penulisan akademik masuk dalam klasifikasi karya non-fiksi dimana setiap informasi yang disajikan harus akurat sesuai dengan fakta yang terjadi.

Penulisan akademik bertujuan untuk menyampaikan pengetahuan dan pemahaman tentang suatu topik secara persuasif, formal, dan objektif. Maka, produk penulisan akademik selalu berfokus pada satu topik spesifik yang harus sudah ditentukan sebelum proses menulis dilakukan. Topik berguna untuk membatasi ruang dan lingkup pembahasan supaya fokus dan mendalam serta tidak melebar ke pembahasan lain.

Gaya penulisan yang persuasif, formal, dan objektif sekaligus merupakan karakter dari penulisan akademik. Menulis akademik bermaksud untuk membangun dan menyampaikan argumen sesuai dengan fakta sehingga harus ditulis dengan gaya persuasif supaya pembaca percaya dengan pendapat atau informasi yang disampaikan. Penulisan karya akademik ditulis dengan gaya formal mengikuti kaidah-kaidah baku yang berlaku. Menulis akademik tidak boleh emotif atau terlalu emosional, melainkan harus objektif sesuai dengan data dan fakta yang ada.

Dasar menulis akademik yang paling mendasar adalah terkait dengan pemilihan kata. Pemilihan kata sangat menentukan rasa tulisan. Perihal pilihan kata yang tepat dan selaras untuk menulis kalimat sesuai dengan tujuan dan konteks penulisan disebut dengan diksi. Antara penulisan personal, formal, dan akademik, diksi yang digunakan bisa sangat berbeda meskipun dimaksudkan untuk mengungkapkan atau menggambarkan hal yang sama.

Sebagai contoh, coba cermati tiga kalimat di bawah ini:
Para guru sedang ngobrol-ngobrol dengan kepala sekolah
Para guru sedang berbincang-bincang dengan kepala sekolah
Para guru sedang berdiskusi dengan kepala sekolah

Berbeda satu kata saja dapat merubah rasa dari kalimat. Antara ngobrol-ngobrol, berbincang-bincang, dan berdiskusi, ketiganya sama-sama menggambarkan proses bertukar informasi antara para guru dengan kepala sekolah. Namun, kata ngobrol-ngobrol terasa lebih personal, kata berbincang-bincang terasa lebih formal, sedangkan kata berdiskusi terasa lebih akademik.

Jika dalam bahasa Inggris sangat mudah untuk menemukan klasifikasi kelas kata karena bahasa Inggris sendiri sudah jelas terbagai menjadi dua, yaitu general English dan academic English. Selain itu, terdapat banyak kamus yang khusus berisi kumpulan kosakata akademik atau academic vocabulary. Ada juga kumpulan kosakata akademik dalam bahasa Inggris atau biasa disebut academic word list yang dengan mudah ditemukan di Internet. Pada bahasa Indonesia, sepertinya belum ada kamus atau daftar kosakata akademik, jadi anda sendiri yang harus cermat mempertimbangkan diksi yang akan digunakan saat menulis akademik.

Contoh sederhana lainnya, seperti kata ganti orang pertama: gue, aku, dan saya, yang memiliki rasa tersendiri jika dipakai dalam sebuah kalimat. Gue dan aku terasa sangat personal, sedangkan saya terasa lebih formal. Lalu bagaimana untuk penulisan akademik?

Pada penulisan akademik, kata ganti personal baik orang pertama, kedua, atau ketiga sebaiknya dihindari dengan merubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif dan menghilangkan kata gantinya. Misalkan, “saya melakukan penelitian ini untuk mendeskripsikan . . .”, maka sebaiknya ditulis seperti ini: “penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan . . .” Penggunaan kalimat pasif merupakan kaidah khas dalam penulisan akademik.

Jadi, silakan dilihat dan dipertimbangkan kembali diksi dalam tulisan anda selama ini: apakah cenderung personal, lebih formal, atau sudah cukup akademik?

Dasar menulis akademik selanjutnya berkaitan dengan penulisan kalimat. Menulis kalimat yang baik sesuai dengan Subjek, Prediket, Objek, dan Keterangan (SPOK) sudah dipelajari sejak di bangku Sekolah Dasar (SD). Apakah anda masih ingat?

Jika masih ingat, berarti baru saja anda membayangkan sebuah kalimat sederhana atau tunggal yang setidaknya terdiri dari subjek dan predikat, seperti “siswa diwajibkan membaca” atau yang lebih lengkap “siswa diwajibkan membaca buku paket Bahasa Indonesia.” Namun, yang selama ini jarang dipraktekkan dalam menulis akademik, bahwa juga terdapat aneka bentuk kalimat majemuk yang perlu diterapkan dalam tulisan anda supaya tidak monoton, menarik untuk dibaca, dan terasa lebih akademik.

Terdapat 4 macam kalimat majemuk: setara, rapatan, bertingkat, dan campuran. Jujur saja, saya sendiri tidak pernah menerapkan keempat rumusan kalimat majemuk tersebut karena cukup rumit. Saya justru selalu menggunakan rumus yang saya dapat ketika belajar bahasa Inggris untuk keperluan akademik yang jauh lebih sederhana.

Selain kalimat sederhana (simple sentence), dalam bahasa Inggris terdapat dua bentuk kalimat lain, yaitu kalimat gabungan (compound sentence) dan kalimat kompleks (complex sentence). Kalimat gabungan dibuat dengan menambahkan salah satu kata dari singkatan FANBOYS: for (untuk), and (dan), nor (maupun), but (tetapi), or (atau), yet (namun), so (sehingga). Sedangkan kalimat kompleks dirangkai dengan menambahkan kata seperti when (ketika), after (setelah), because (karena), since (sejak), although (meskipun), while (sementara), dan lainnya. Supaya lebih jelas, seperti ini contohnya:

Kalimat sederhana:
Siswa diwajibkan membaca buku paket Bahasa Indonesia.

Kalimat sederhana ini bisa dikembangkan menjadi kalimat gabungan:
Siswa diwajibkan membaca buku paket Bahasa Indonesia untuk menambah pengetahuan tentang cara menulis kalimat.

Kalimat sederhana tersebut juga bisa dijadikan kalimat kompleks:
Siswa diwajibkan membaca buku paket Bahasa Indonesia ketika sedang belajar dari rumah.

Satu lagi, kalimat gabungan dapat disatukan dengan kalimat kompleks yang kemudian disebut sebagai kalimat campuran:
Siswa diwajibkan membaca buku paket Bahasa Indonesia untuk menambah pengetahuan tentang cara menulis kalimat ketika sedang belajar dari rumah.

Jadi, anda harus menerapkan variasi kalimat dalam setiap paragraf supaya tulisan asyik, menarik, dan terasa lebih akademik. Penerapan variasi kalimat pada sebuah paragraf akan saya jelaskan setelah membahas tentang definisi paragraf.

Penyusunan paragraf yang baik dan benar merupakan dasar menulis akademik berikutnya. Anda pasti sudah sering mendengar atau membaca tentang definisi paragraf. Betul, paragraf adalah kumpulan kalimat yang mempunyai satu kalimat topik (topic sentence) sebagai ide pokok atau gagasan utama (main idea) dan beberapa kalimat penjelas (supporting sentences) sebagai detail yang menjelaskan ide pokok. Dalam kata lain, sering disebut juga bahwa paragraf memiliki satu induk kalimat dan beberapa anak kalimat. Kesimpulan bisa ditambahkan pada setiap akhir paragraf jika dibutuhkan. Paragraf dapat dikatakan baik dan benar jika sudah terdiri dari beberapa komponen tersebut.

Namun, dalam penulisan akademik, paragraf lebih dilihat sebagai sebuat esai mini yang bermula dan berakhir pada satu topik tertentu. Paragraf memiliki format serupa layaknya sebuah esai meliputi pembuka, inti, dan penutup. Mengetahui kesamaan antara paragraf dengan esai memberikan gambaran besar terhadap bentuk produk penulisan akademik. Kesamaan keduanya akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan berikutnya. Sabar, ya, tenang saja setelah beberapa pembahasan di bawah nanti anda akan menemukannya.

Mari kita bahas terlebih dulu cara menyusun paragraf yang baik supaya tulisan asyik, menarik, dan terasa lebih akademik dengan mulai menerapkan variasi bentuk kalimat. Caranya cukup sederhana, yaitu tulis kalimat topik dalam bentuk kalimat sederhana, baru kemudian lakukan variasi bentuk kalimat pada beberapa kalimat penjelasnya. Jadi, kalimat topik yang berlaku sebagai gagasan utama harus ditulis dalam bentuk sesederhana mungkin. Hindari menggunakan kalimat gabungan dan kompleks untuk menuliskan gagasan utama. Sebaliknya, lakukan aneka variasi kalimat pada beberapa kalimat penjelas dan diperhalus transisinya dengan konjungsi atau kata penghubung. Supaya lebih jelas, mari kita lakukan simulasi penyusunan paragraf dengan menggunakan beberapa kalimat berikut.

Kalimat topik:
Bekerja dari rumah memiliki kekurangan dan kelebihan.

Beberapa kalimat penjelas:
Bekerja dari rumah menjadikan jadwal kerja tidak begitu jelas.
Karyawan harus membuat jadwal jam kerja sendiri.
Bekerja jadi tidak nyaman bagi yang memiliki rumah sempit.
Bekerja dari rumah justru waktu menjadi lebih fleksibel.
Lebih banyak waktu untuk keluarga.
Menghemat pengeluaran untuk biaya transportasi.
Menghemat biaya operasional kantor.

Apabila dijadikan paragraf yang semuanya merupakan kalimat sederhana, maka jadinya akan seperti ini:
Bekerja dari rumah memiliki kekurangan dan kelebihan. Bekerja dari rumah menjadikan jadwal kerja tidak begitu jelas. Karyawan harus membuat jadwal jam kerja sendiri. Bekerja jadi tidak nyaman bagi yang memiliki rumah sempit. Bekerja dari rumah justru waktu menjadi lebih fleksibel. Lebih banyak waktu untuk keluarga. Menghemat pengeluaran untuk biaya transportasi. Menghemat biaya operasional kantor.

Namun, jika anda melakukan variasi bentuk kalimat dan menambahkan beberapa konjungsi, maka akan lebih enak dibaca dan terasa lebih akademik:
Bekerja dari rumah memiliki kekurangan dan kelebihan. Pada satu sisi, bekerja dari rumah menjadikan jadwal kerja tidak begitu jelas sehingga karyawan harus membuat jadwal jam kerja sendiri. Bekerja jadi tidak nyaman bagi yang memiliki rumah sempit. Pada sisi lain, bekerja dari rumah justru waktu menjadi lebih fleksibel dan lebih banyak waktu untuk keluarga. Selain itu, bekerja dari rumah bukan hanya dapat menghemat pengeluaran untuk biaya transportasi tetapi juga menghemat biaya operasional kantor.

Silakan rasakan perbedaannya. Bandingkan antara membaca paragraf yang isinya semua hanya kalimat sederhana dengan paragraf yang berisi variasi kalimat gabungan dan kompleks. Konjungsi yang berfungsi sebagai transisi antar kalimat membuat setiap kalimat dalam paragraf mengalir dengan baik sehingga paragraf lebih enak dibaca sekaligus terasa lebih akademik.

Sedikit lebih lanjut membahas tentang penyusunan paragraf, masih banyak yang kebingungan dalam membuat kalimat topik sebagai gagasan utama. Baik, cara gampang untuk membuatnya, adalah sekali lagi pastikan anda meletakkan ide pengontrol atau controlling idea pada setiap kalimat topik. Contohnya seperti kalimat topik di atas: “Bekerja dari rumah memiliki kekurangan dan kelebihan”, di sini kekurangan dan kelebihan bekerja dari rumah menjadi ide pengontrolnya. Ada lagi misalnya: “Pencegahan virus Corona dapat dilakukan dengan berbagai cara,” maka di sini berbagai cara pencegahan virus dijadikan pengontrol paragraf sehingga kalimat penjelasnya harus terdiri dari beberapa kalimat yang memberikan informasi apa saja berbagai cara pencegahannya.

Membahas penyusunan paragraf yang baik bersinggungan dengan konsep coherence and cohesion atau kelogisan dan kepaduan sebuah paragraf yang perlu sekalian dibahas. Selain itu, masih sering didapati kebingungan dalam memahami konsep kelogisan dan kepaduan paragraf. Beberapa kali muncul pertanyaan terkait hal tersebut saat saya memberikan pelatihan menulis akademik kepada mahasiswa. Maka, mari dibahas satu per satu.

Kelogisan dalam paragraf yang dimaksud adalah logis idenya. Konsep ini berurusan dengan koneksi ide yang ingin ditulis pada level ide suatu paragraf. Memperhatikan kelogisan ide banyak memainkan aspek retoris dalam penulisan akademik. Aspek retoris yang digunakan untuk menata ide pada paragraf biasanya terkait dengan organisasi dan kejelasan ide, pengembangan dan dukungan argumen, serta sintesa dan integrasi rujukan.

Kepaduan dalam paragraf mengarah pada bentuk kalimat dan paragraf yang padu. Konsep ini berkaitan dengan koneksi ide yang ingin ditulis pada level kalimat dan paragraf dengan berfokus terhadap aspek penggunaan tata bahasa. Penggunaan tata bahasa yang dimaksud meliputi gramatika, pengulangan kata atau ide dengan sinonim, dan penggunaan kata penghubung.

Sepertinya masih terdengar terlalu abstrak. Supaya lebih konkrit, terdapat beberapa contoh paragraf yang dibahas dari sisi kelogisan dan kepaduannya. Berikut ini merupakan paragraf yang logis tetapi kurang padu:

Perguruan tinggi harus menerapkan pembelajaran jarak jauh. Itu dilakukan karena pandemi virus Corona di Indonesia. Virus Corona yang berbahaya menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. Jadi memaksa dosen dan mahasiswa harus bertatap maya lebih dari satu semester. Pembelajaran jarak jauh membutuhkan biaya untuk membeli kuota Internet. Banyak yang beranggapan bahwa pembelajaran jarak jauh mahal.

Paragraf yang logis di atas kurang padu karena koneksi kalimat dalam paragraf tidak baik. Meski gramatika dan pengulangan kata sudah cukup baik, kata penghubung belum digunakan untuk mengaitkan antara satu ide dengan ide lainnya. Sedangkan paragraf berikut ini sebaliknya, kurang logis tetapi cukup padu:

Perguruan tinggi harus menerapkan pembelajaran jarak jauh selama pandemi virus Corona di Indonesia. Virus tidak berbahaya yang menyebar dengan cepat ke seluruh dunia itu memaksa dosen dan mahasiswa harus bertatap maya lebih dari satu semester. Pembelajaran yang dilakukan secara berjauhan dalam jaringan membutuhkan biaya tersendiri untuk membeli kuota Internet sehingga banyak yang beranggapan bahwa pembelajaran jarak jauh lebih murah.

Jelas paragraf kurang logis karena menyebut virus Corona tidak berbahaya dan menilai pembelajaran jarak jauh yang membutuhkan biaya untuk membeli kuota Internet lebih murah. Namun, apabila dilihat dari unsur kepaduan, paragraf sudah cukup padu karena sudah menggunakan kata penghubung untuk mengaitkan ide antar kalimat dalam paragraf. Nah, berikut ini contoh paragraf yang sudah cukup logis dan padu:

Perguruan tinggi harus menerapkan pembelajaran jarak jauh selama pandemi virus Corona di Indonesia. Virus berbahaya yang menyebar dengan cepat ke seluruh dunia itu memaksa dosen dan mahasiswa harus bertatap maya lebih dari satu semester. Pembelajaran yang dilakukan secara berjauhan dalam jaringan membutuhkan biaya tersendiri untuk membeli kuota Internet sehingga banyak yang beranggapan bahwa pembelajaran jarak jauh mahal.

Paragraf cukup logis dan padu karena ide terkoneksi dengan baik pada level ide maupun kalimat dalam keseluruhan paragraf. Organisasi dan kejelasan ide nampak logis didukung dengan argumen relevan dan sintesa yang benar. Gramatika, pengulangan kata dan ide dengan sinonim, serta kata penghubung sudah digunakan dengan baik untuk mengaitkan semua ide menjadi satu kesatuan yang padu.

Kata penghubung atau dalam bahasa Inggris disebut linking words adalah kata atau ungkapan yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, dan kalimat dengan kalimat. Kata penghubung dalam praktek penyusunan paragraf berfungsi untuk menghubungkan ide dan kalimat dalam atau antar paragraf. Penempatan kata penghubung yang tepat dalam atau antar paragraf membuat tulisan terasa logis dan padu.

Jika dalam bahasa Inggris, contoh kata penghubung banyak bertebaran dan mudah ditemukan di Internet. Agak berbeda dalam bahasa Indonesia materi tentang kata penghubung atau konjungsi lebih susah ditemukan. Merujuk pada teori bahasa Inggris, kata penghubung dikategorikan berdasarkan fungsi spesifik dalam mengubungkan kalimat dan/atau paragraf. Fungsi spesifik yang dimaksud meliputi penambahan, kontras, urutan, hasil, penekanan, perbandingan, ilustrasi, kesimpulan, dan lainnya.

Pada beberapa kesempatan pelatihan penulisan akademik sering muncul pertanyaan bagaimana cara memilih dan menggunakan kata penghubung yang tepat? Jawabannya cukup sederhana, yaitu tergantung tujuan dan kebutuhan anda ketika merangkai kalimat dan paragraf. Jika bermaksud menambahkan informasi, maka yang dibutuhkan kata penghubung penambahan seperti “selain itu”, “lebih lanjut”, atau “bukan hanya, tetapi juga”. Apabila ingin mengurutkan, berarti dibutuhkan kata penghubung urutan seperti “pertama, kedua, ketiga”, “sebelumnya”, “setelahnya”, dan lain sebagainya.

Saya kira cukup sederhana perihal kata penghubung. Tentu anda tidak perlu menghafal semua kata penghubung, cukup hafalkan saja beberapa yang sering dipakai. Teruntuk melakukan variasi, selebihnya bisa sesekali melihat daftar kata penghubung, kemudian memilih salah satu atau dua di antaranya sesuai tujuan dan kebutuhan.

Mari sekilas mengulang pelajaran bahasa Indonesia. Bentuk paragraf dibagi menjadi tiga, yaitu paragraf deduktif, induktif, dan campuran.Paragraf deduktif meletakkan gagasan utama pada kalimat pertama dalam paragraf dengan penjelasan dari umum ke khusus. Paragraf induktif adalah sebaliknya, gagasan utama pada kalimat terakhir dalam paragraf degan penjelasan dari khusus ke umum. Sedangkan paragraf campuran merupakan gabungan antara paragraf deduktif dan induktif yang lebih sering berpola deduktif terlebih dulu kemudian disambung dengan pola induktif.

Nah, rekomendasi untuk dilakukan dalam menulis akademik, sebaiknya gunakan bentuk paragraf yang pertama supaya tulisan mudah dipahami. Gagasan utama yang terletak pada kalimat pertama dalam sebuah paragraf memudahkan pembaca untuk langsung mendapatkan ide pokok paragraf di awal. Berbeda ketika gagasan utama diletakkan pada kalimat terakhir dalam sebuah paragraf, pembaca harus menyelesaikan membaca sampai ujung paragraf dulu baru mendapatkan ide pokoknya.

Paragraf induktif dan campuran biasanya muncul dalam teks bacaan untuk keperluan tes pemahaman membaca. Teruntuk tujuan tersebut memang tulisan dibuat dalam bentuk paragraf yang lebih kompleks. Berbeda jika dalam konteks menulis terutama untuk keperluan akademik, paragraf tidak harus dalam bentuk kompleks, justru yang sederhana serta mudah dibaca dan dipahami itu lebih baik.

Meskipun berbagai jenis paragraf juga sudah sering dibahas dalam materi pelajaran Bahasa Indonesia, perlu kembali sedikit diulas dalam konteks penulisan akademik. Saya tidak akan menjelaskan secara mendetail, melainkan lebih menunjukkan fungsi dan posisi untuk menulis akademik.

Anda semua pasti sudah mengetahui bahwa terdapat 4 jenis paragraf meliputi paragraf deskriptif, naratif, ekspositori, dan persuasif dengan fungsi masing-masing. Paragraf deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan sesuatu atau seseorang seperti mengilustrasikan bentuk suatu barang atau perawakan seseorang. Paragraf naratif digunakan untuk menarasikan cerita atau runtutan peristiwa yang biasanya ditandai dengan adanya alur cerita dari awal, tengah, hingga akhir. Paragraf ekspositori berguna untuk menunjukkan alur proses atau prosedur melakukan sesuatu. Sementara paragraf persuasif berperan meyakinkan pembaca untuk menerima atau memahami argumen berdasarkan fakta dan data yang disampaikan menggunakan berbagai perangkat retoris.

Semua jenis paragraf diperlukan untuk menulis akademik sesuai dengan fungsinya. Menulis akademik, terutama untuk penulisan artikel jurnal, harus banyak menggunakan paragraf persuasif. Artikel jurnal ditulis untuk menyampaikan ide atau argumen baru dari fakta dan data sehingga penulisannya harus argumentatif, terlebih untuk menulis bagian pengantar dan diskusi. Jenis paragraf lain tetap diperlukan, seperti paragraf deskriptif yang digunakan untuk mendeskripsikan data, sedangkan paragraf naratif dan ekspositori berguna untuk menuliskan bagian metodologi. Pada penulisan karya akademik lain seperti makalah dan skripsi juga berlaku demikian mengingat sistematika yang serupa. Satu hal yang perlu digarisbawahi sebagai penulis akademik untuk selalu sadar akan jenis paragraf yang hendak ditulis sesuai isi informasi yang ingin disampaikan.

Mengigat peran penting dalam menulis akademik, perlu dibahas lebih mendetail cara menyusun paragraf persuasif disertai dengan contoh. Paragraf persuasif dalam literatur bahasa Inggris lebih sering disebut sebagai argumentative paragraph atau paragraf argumentatif. Menyusun paragraf persuasif sedikit berbeda dengan menyusun paragraf lain pada umumnya meski secara konsep hampir sama. Terdapat komponen khusus dalam paragraf jenis tersebut yang harus dipenuhi.

Kalimat topik dalam paragraf persuasif berisi klaim dan alasan rasional untuk menunjukkan posisi. Kalimat penjelas berupa data sebagai bukti terdiri dari informasi detail, contoh, fakta, atau statistik yang dipilih dengan selektif dan spesifik. Pada paragraf argumentatif, sesekali harus menyuguhkan argumen berlawanan atau counterclaim untuk menunjukkan bahwa penulis sadar adanya posisi alternatif. Terakhir sebagai kesimpulan, terdapat warrant sebagai penjelasan dan analisis untuk menarik kesimpulan spesifik dari klaim. Sebagaimana kesimpulan, warrant bersifat opsional dan terlalu banyak menggunakannya juga kurang baik.

Nah, saya mau bilang bahwa perumusan paragraf persuasif merupakan salah satu kunci menulis akademik. Anda pasti sering menemukan paragraf dalam skripsi atau artikel jurnal mengutip teori, fakta, dan data hanya seperti menempel puzzle. Penyebabnya jelas karena pengutipan dilakukan tanpa dibalut dengan argumen sebagai klaim di awal dan pejelasan serta analisis di akhir paragraf. Coba perhatikan contoh paragraf persuasif di atas yang ditulis sesuai dengan warna komponen pada sebelah kiri.

Sekarang tiba saatnya menjelaskan kesamaan antara paragraf dengan esai. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, paragraf dalam sudut pandang penulisan akademik lebih didefinisikan sebagai sebuah esai mini yang bermula dan berakhir pada satu topik tertentu. Analogi paragraf dengan esai mengindikasikan adanya kesamaan di antara keduanya.

Melihat dari segi format paragraf dan esai memang serupa terdiri dari pembuka, inti, dan penutup. Pola yang diawali dengan pembukaan, diisi dengan inti, dan diakhiri dengan penutup berlaku baik pada paragraf maupun esai. Paragraf dibuka dengan kalimat topik, diisi dengan kalimat penjelas, kemudian diakhiri dengan kalimat penutup. Pola demikin juga terlihat pada esai yang dibuka dengan paragraf topik, diisi dengan paragraf penjelas, terus diakhiri dengan paragraf penutup.

Lebih lanjut bahwa keduanya bermula dan berakhir pada satu topik spesifik yang sudah ditentukan sebelumnya. Topik pada paragraf diungkapkan melalui kalimat topik (topic sentence) yang dilengkapi dengan ide pengontrol (controlling idea), sedangkan topik dalam esai berada pada paragraf topik yang didalamnya berisi pernyataan tesis (thesis statement) dan tujuan penulisan esai. Dalam istilah lain seperti terlihat pada gambar, setiap paragraf atau esai yang baik pasti memiliki bagian introduction (pengantar), body (tubuh atau inti), dan conclusion (kesimpulan).

Tanggung rasanya hanya melihat kesamaan format paragraf dengan esai. Lebih lanjut ternyata pola pembuka, inti, dan penutup berlaku juga pada artikel jurnal. Sistematika pada makalah, skripsi, tesis, disertasi sepertinya juga menggunakan pola tersebut. Nah, berarti sebetulnya, pola menulis itu serupa teman-teman mulai dari yang paling sederhana dalam menulis paragraf hingga yang lebih kompleks seperti menulis skripsi dan artikel jurnal. Apakah kesamaan pola tersebut sudah anda sadari sebelumnya?

Kalau belum percaya, mari melihat komponen artikel jurnal yang terdiri dari introduction (pendahuluan), method (metode), results (hasil), and discussion (pembahasan) serta conclusion (kesimpulan) dan references (referensi) atau biasa disingkat IMRaD+CR. Menyerupai format paragraf dan esai, pendahuluan dan metode merupakan pembuka, hasil dan pembahasan sebagai inti, serta kesimpulan dan referensi adalah penutupnya.

Saya kira pola pembuka-inti-penutup ini perlu terus diperhatikan setiap kali ingin menulis akadamik. Apabila digambarkan pola tersebut berbentuk dua corong yang disatukan secara terbalik. Bersifat deduktif pada corong pertama, kemudian menjadi induktif pada corong kedua. Jadi, bermula dari hal yang umum ke khusus dari pendahuluan ke metode, kemudian berbalik dari hal yang khusus ke umum dari hasil ke pembahasan hingga kesimpulan. Konsep ini disebut sebagai two-funnel model dalam menulis artikel jurnal.

Setelah mencermati persamaan pada dua pembahasan sebelumnya, saatnya melihat sesuatu yang beda, khususnya perbedaan antara makalah dengan artikel jurnal. Mahasiswa masih sering menganggap keduanya sama, sebagaimana banyak ditemukan mereka menulis artikel jurnal seperti menulis makalah biasa. Padahal dipandang dari berbagai sisi antara makalah dengan artikel jurnal sangat berbeda. Silakan anda dapat sejenak melihat gambar di atas untuk melihat perbedaannya.

Berdasarkan tujuan, makalah ditulis sebatas sebagai upaya menginformasikan sesuatu, sedangkan artikel jurnal bertujuan untuk meyakinkan pembaca. Penulisan makalah berbasis topik, sementara artikel jurnal ditulis berbasis pertanyaan yang biasanya diambil dari pertanyaan penelitian. Makalah hanya menyajikan diskusi umum terkait suatu topik tertentu, artikel jurnal sebagaimana tujuannya memiliki argumen spesifik yang diangkat ke permukaan.

Proses penulisan makalah hanya merangkum informasi yang didapat dari berbagai referensi, sedangkan artikel jurnal menggunakan data dan ide sebagai bukti untuk mendukung argument spesifik yang ingin disampaikan. Pada tahap analisis, makalah cenderung menyajikan analisis dan interpretasi terhadap penelitian lain, sementara artikel jurnal menganalisis dan menginterpretasi temuan sendiri. Sebagai hasilnya, makalah tidak menghasilkan pengetahuan baru, artikel jurnal menyuguhkan perspektif dan kesimpulan unik yang dimungkinkan dapat menjadi suatu pengetahuan baru.

Perbandingan antara makalah atau biasanya di luar negeri disebut sebagai research report dengan artikel jurnal atau research paper saya rujuk dari laman LaChance Library. Saya mendapatkan tautan tersebut dari Ilse Born-Lechleitner, dosen mata kuliah Academic Writing English di JKU Linz Austria.

Menulis akademik menjadi asyik dan menarik apabila sudah mengetahui dasar-dasarnya. Tidak seperti yang dibayangkan bahwa menulis akademik itu susah karena banyak kaidah yang harus diikuti. Memang betul menulis akademik harus persuasif, formal, dan objektif, namun bukan berarti penulisan karya akademik harus selalu menggunakan kalimat dan paragraf yang kompleks.

Supaya tulisan terasa lebik akademik, pemilihan kata, penulisan kalimat, dan penyusunan paragraf harus diperhatikan dengan baik. Diksi yang dipilih sebaiknya merupakan kosakata akademik. Kalimat ditulis secara bervariasi, bukan hanya berbentuk kalimat sederhana, tetapi juga berupa kalimat gabungan dan kompleks. Sangat disarankan paragraf berbentuk deduktif dan banyak menggunakan paragraf persuasif.

Terdapat pola yang serupa dalam struktur paragraf, esai, dan artikel jurnal terdiri dari pembuka, inti, dan penutup. Salah satu pembeda antara makalah dengan artikel jurnal adalah makalah ditulis berbasis topik sedangkan artikel jurnal berbasis pertanyaan. Tingkatan menulis dapat digolongkan dari yang terendah ke tingkat tertinggi meliputi penulisan personal, penulisan formal, dan penulisan akademik.

Sangat menarik membahas dasar menulis akademik. Sayangnya tulisan ini sudah terlalu panjang, lebih baik untuk disambung pada lain kesempatan. Beberapa dasar menulis akademik yang sudah dijelaskan sekiranya cukup untuk dijadikan bekal untuk dapat menulis dengan baik dalam konteks penulisan akademik. Selebihnya, perlu membiasakan diri untuk memilah dan memilih diksi, menulis aneka variasi kalimat, dan menyusun paragraf yang tidak monoton, menarik untuk dibaca, dan lebih terasa akademik. Semakin banyak berlatih, semakin terampil menulis akademik.

Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Ilse Born-Lechleitner, atas ilmu penulisan akademik yang amat padat selama satu semester. Sangat beruntung mendapat dosen dengan wawasan penulisan akademik sangat luas, materi yang disampaikan sangat bermanfaat untuk menulis akademik dengan baik. Sayangnya, perkuliahan berlangsung dalam masa jaga jarak untuk menghindari penularan virus Corona (Covid-19), sehingga selama satu semester hanya bertatap maya.

Senang untuk berbagi dan semoga tulisan sederhana ini dapat bermanfaat. Apabila terdapat pertanyaan, saran, atau hal lain silakan dapat ditulis pada kolom komentar. Jika tulisan dirasa cukup bermanfaat, jangan lupa untuk membagikan ke teman-teman anda supaya manfaat tersebar lebih luas. Slide sebagai gambar pendukung tulisan dapat diunduh di sini. Saya sangat salut dan berterima kasih atas waktu yang diluangkan untuk membaca tulisan sampai tuntas.

Published by Imam Fitri Rahmadi

Lecturer at Universitas Pamulang Indonesia | PhD student at Johannes Kepler Universität Linz Austria | awardee of the Indonesia – Austria Scholarship Programme (IASP) managed by OeAD-GmbH | working on User-generated Microgames for Supporting Learning

11 thoughts on “Dasar Menulis Akademik

  1. Terima kasih Bapak Kaprodi, Bapak Azkia dan Bapak Imam serta Ibu Ichwani.

    Like

  2. Alhamdulillah, terimakasih atas penjelasannya. Saya Ita dari Malang Jatim. Baru belajar menulis. Penjelasan yang diberikan membantu saya memberi gambaran dalam menulis. Ada yang ingin saya tanyakan. Kadang saya merasa terlalu sering menggunakan kalimat “hal ini disebabkan oleh…” Nah kira-kira agar tidak muncul kata itu berkali-kali dalam tulisan saya, sebaiknya saya ganti apa, ya, Pak? 😁 Terimakasih Pak 🙏

    Like

    1. Terima kasih atas pertanyaan Ibu Ita.

      Mengenai kebiasan mengulang kata tersebut, terdapat beberapa kemungkinan penyebab dan solusinya.

      Pertama, pola old-new dalam menyusun kalimat belum dimainkan. Solusinya, terapkan pola tersebut dengan membawa ide lama dari kalimat sebelumnya untuk memunculkan ide baru di kalimat selanjutnya yang hendak ditulis. Kedua, sepertinya penggunaan kata penghubung belum dimaksimalkan. Menggunakan kata penghubung sesuai dengan tujuannya bisa menjadi solusi. Terakhir, sepertinya penulisan kalimat masih cenderung menggunakan bentuk kalimat sederhana. Gunakan kalimat gabungan atau kompleks untuk menunjukkan sebab-akibat dari ide yang hendak ditulis.

      Semoga cukup menjawab. Tulisan ini sudah ada serial videonya di sini: https://www.youtube.com/watch?v=aQGL1zKfTV0&list=PLF9WpM1TL1EeJJ4hddCX5EgKZ3EjyFc2S Silakan dapat disebarluaskan untuk menebar manfaat lebih luas.

      Like

  3. MasyaAllah.
    Terima kasih banyak sudah berbagi.
    Sangat bermanfaat.

    Barakallah untuk bapak dan keluarga 🙏🙏🙏

    Like

Leave a comment